RAB

RINGKASAN MATERI
1.        Pendahuluan

Salah satu tahap penting dalam rangka pelaksanaan suatu kontruksi adalah perhitungan atau perkiraan biaya yang diperlukan untuk pembangunannya. Besar biaya ini menjadi bahan pertimbangan bagi pemilik bangunan, guna memilih cara atau alternative pembangunan yang paling efisien. Selain unsur-unsur harga bahan, upah tenaga, peralatan dan metoda pelaksanaan yang akan  menetapkan besar biaya pembangunan, maka jangka waktu pelaksanaan juga akan sangat berpengaruh. Bahkan pada proyek-proyek besar ditentukan pula oleh kerjasama antara para pelaku (teamwork) yang terlibat dalam pembangunan, seperti pemilik bangunan (owner), perencana, pengawas, dan pelaksana atau kontraktor. Pengelolaan pelaksanaan sedemikian pada akhir-akhir ini berkembang merupakan obyek bahasa tersendiri dalam disiplin manajemen konstruksi (construction management).

2.        Rencana Biaya dalam kegiatan proyek
Dalam kegiatan proyek konstruksi dikenal beberapa tahap dan merupakan suatu urutan kegiatan-kegiatan yang berulang, yang biasa disebut siklus proyek (lihat pada Gambar 1). Dalam hal ini perhitungan rencana biaya pembangunan, yang lebih dikenal dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB), adalah termasuk bagian dalam kelompok kegiatan perencanaan. Seperti diketaui perencanaan memegang peranan penting dalam siklus proyek, karena keberhasilan proyek akan sangat ditentukan oleh kualitas dari perencanaan. Terjadinya perubahan-perubahan dalam pelaksanaan akibat perencanaan kurang mantap, selain menambah panjang waktu pelaksanaan juga menyebabkan pemborosan. Dalam perencanaan pula ditetapkan besar kecilnya tujuan dan sasaran dari proyek.

RAB merupakan istilah dan singkatan yang popular dan sudah lama digunakan di Indonesia. Ada beberapa istilah yang  dipakai untuk itu, antara lain : rencana biaya konstruksi, taksiran biaya, estimasi biaya, atau dalam bahasa asing begrooting (bahasa Belanda) dan construction cost estimate dalam bahasa lnggris.

  

 Gambar  1. Siklus Proyek Konstruksi

Dalam kegiatan perencanaan ini tercakup pula penyiapan dokumen kelengkapan untuk pelelangan atau biasa disebut dokumen tender. Dokumen tersebut terdiri atas gambar-gambar desain, peraturan-peraturan dan persyaratan pelaksanaan pekerjaan, yang di Indonesia dikenal dengan RKS (Rencana Kerja dan Syarat-syarat), dan semua tercakup sebagai suatu spesifikasi (specification), merupakan petunjuk dan syarat pelaksanaan (dahulu populer dengan sebutan bestek en voorwarden atau disingkat bestek).

3.        Lingkup dan Peranan Biaya Konstruksi
RAB merupakan perkiraan atau estimasi, ialah suatu rencana biaya sebelum bangunan/proyek dilaksanakan. Diperlukan baik oleh pemilik bangunan atau owner maupun kontraktor sebagai pelaksana pembangunan. RAB yang biasa juga disebut biaya konstruksi dipakai sebagai ancer-ancer dan pegangan sementara dalam pelaksanaan. Karena biaya konstruksi sebenarnya (actual cost) baru dapat disusun setelah selesai pelaksanaan proyek.

Estimasi biaya konstruksi dapat dibedakan atas estimasi kasaran (approximate estimates atau preliminary estimates) dan estimasi teliti atau estimasi detail (detailed estimates). Estimasi kasaran biasanya diperlukan untuk pengusulan atau pengajuan anggaran kepada instansi atasan, misalnya pada pengusulan DIP (Daftar Isian Proyek) proyek-proyek pemerintah, dan juga digunakan dalam tahap studi kelayakan suatu proyek. Sedangkan estimasi detail adalah RAB lengkap yang dipakai dalam penilaian penawaran pada pelelangan, serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.
Estimasi detail pada hakekatnya merupakan RAB lengkap yang terperinci termasuk biaya-biaya tak langsung atau overhead, keuntungan kontraktor dan pajak.
Biasanya biaya overhead, keuntungan dan pajak diperhitungkan berdasar persentase (%) terhadap biaya konstruksi (bouwsom).
Menurut Smith (1995) tingkatan RAB atau estimasi dalam pekerjaan teknik sipil, atau proyek pada umumnya, dapat dibagi atas tujuh tingkat atau tahap :
a.         Preliminary estimate, merupakan hitungan kasaran sebagai awal estimasi atau estimasi kasaran;
b.        Appraisal estmate, dikenal sebagai estimasi kelayakan (feasibility estimate); diperlukan dalam rangka membandingkan beberapa estimasi alternatif dan suatu rencana (scheme) tertentu;
c.         Proposal estimate, adalah estimasi dari rencana terpilih (selected scheme); biasanya di­buat berdasar suatu konsep desain dan studi spesifikasi desain yang akan mengarah ke­pada estimasi biaya untuk pembuatan garis-garis besar desain (outline design);
d.        Approved estimate, modifikasi dan proposal estimate bagi kepentingan client atau pe­langgan, dengan maksud menjadi dasar dalam pengendalian biaya proyek;
e.         Pre-tender estimate, merupakan penyempurnaan dan approved estimate berdasar desa­in pekerjaan definitif sesuai informasi yang tersedia dalam dokumen tender atau RKS, dipersiapkan untuk evaluasi penawaran pada lelang ;
f.         Post-contract estimate, adalah perkembangan lebih lanjut mencerminkan besar biaya setelah pelulusan dan tercantum dalam kontrak; memuat perincian- uang dengan ma­sing-masing pekerjaan (bill of quantities) serta pengeluaran lainnya;
g.        Achieved cost, merupakan besar biaya sesungguhnya atau real cost, disusun setelah proyek selesai digunakan sebagai data atau masukan untuk proyek mendatang.

4.        Dasar dan Peraturan
Besar biaya proyek dapat diperkirakan atau diperhitungkan melalui beberapa cara atau metode. Menurut Iman Soeharto (1995) metode estimasi biaya yang sering dipakai pada proyek adalah :
1)                 Metode parametrik, dengan pendekatan matematik mencoba mencari hubungan antara biaya atau jam orang dengan karakteristik fisik tertentu (volume, luas, berat, panjang, dsb);
2)                 Metode indeks, menggunakan daftar indeks dan informasi harga proyek terdahulu; in­deks harga adalah angka perbandingan antara harga pada tahun tertentu terhadap harga pada tahun yang digunakan sebagai dasar;
3)                 Metode analisis unsur-unsur, lingkup pekerjaan diuraikan menjadi unsur-unsur menu-rut fungsinya; membandingkan berbagai material bangunan untuk memperoleh kualitas perkiraan biaya dan tiap unsur, kemudian dapat dipilih estimasi biaya paling efektif;
4)                 Metode faktor, memakai asumsi terdapat korelasi atau faktor antara peralatan dengan komponen-komponen terkait; biaya komponen dihitung dengan cam menggunakan faktor perkalian terhadap peralatan;
5)                 Metode quantity take-off, disini estimasi biaya dilakukan dengan mengukur/menghi­kuantitas komponen-komponen proyek (dari gambar dan spesifikasi), kemudian memben beban jam-orang serta beban biayanya;
6)                 Metode harga satuan (unit price), dilakukan jika kuantitas komponen-komponen pro­yek belum dapat diperoleh secara pasti atau gambar detail belum siap; biaya dihitung berdasar harga satuan setiap jenis komponen (misalnya setiap m3, m2, m, helai, butir, dan lain-lain).

5.     Menghitung biaya bangun rumah sistem analisa harga satuan
Urutan perhitungan RAB rumah secara teliti adalah
1.      Membuat gambar rumah yang akan dibangun.
2.      Membuat spesifikasi material atau rencana kerja dan syarat bangunan.
3.      Membuat rincian daftar perkerjaan yang akan dilaksanakan.
4.      Menghitung volume masing – masing item pekerjaan.
5.      Mencari daftar harga upah dan bahan terbaru.
6.      Menghitung analisa harga satuan setiap item pekerjaan.
7.      Mengalikan volume dengan analisa harga satuan.
8.      Membuat jumlah harga secara keseluruhan.
9.      Menambahkan angka hasil perhitungan rencana anggaran biaya bangunan dengan PPN 10% dan nilai keuntungan borongan yang akan diberikan kepada kontraktor.


Perhitungan Volume Besi pada Rencana Anggaran Biaya


Tabel berat bahan bangunan menurut SNI 03-1727-1989-F
Contoh :
Hitung berat besi tulangan diameter 16 dengan panjang 12 meter ?
luas penampang Ø16   = 1/4 (π) d2
= 1/4(3.14)(0.016)2
= 0.00020096 m2
volume Ø16                = luas penampang x panjang batang
= 0.00020096 m2 x 12 m
= 0.002411 m3
berat besi Ø16             = Volume x 7850 kg/m3
= 0.002411 m3 x 7850 kg/m3
= 18.93 kg
6.     Menyusun Time Schedule
Dalam melaksanakan pekerjaan pembangunan jadwal pekerjaan sangat dibutuhkan, agar pekerjaan dapat ditentukan waktu penyelesaiannya dan juga bisa memperkirakan jumlah material, pekerja yang dibutuhkan untuk mencapai target yang ditentukan, ini juga berhubungan dengan Anggaran atau dana yang diperlukan setiap minggunya atau untuk mencapai target tersebut. Sebagai contoh, andaikan di jadwal pelaksanaan target yang harus di capai dalam 1 minggu (6 hari kerja mulai senin sampai sabtu) pemasangan bata 250 m2 maka material ataupun tenaga yang di perlukan sebagai berikut.
1 m2 Pemasangan Dinding 1/2 bata campuran 1 PC : 6 Pasir  
  Bahan  
  70,0000  bh Bata Merah
  8,1200  kg Portland Cement
  0,0480  m3 Pasir Pasang
  Upah  
  0,3000  OH Pekerja
  0,1000  OH Tukang Batu
  0,0100  OH Kepala tukang
  0,0150  OH Mandor

Kebutuhan Bahan
Dari analisa tersebut, material yang dibutuhkan untuk mengerjakan pasangan bata dengan volume 250 m2 adalah :
Bata Merah = 70 x 250 = 17.500 bh
Portland Cement = 8,12 kg x 250 = 2.030 kg atau kalau menggunakan 1 zak yg 40 kg = 50,75 zak
Pasir Pasang = 0,048 m3 x 250 = 12 m3
Jumlah material tersebut diatas, sudah ada digudang lapangan sehari sebelum pekerjaan dimulai.
Tenaga Kerja yang dibutuhkan 
 Pekerja = 0,3 x 250 = 75 orang
Tukang Batu = 0,1 x 250 = 25 orang
Kepala tukang = 0,01 x 250 = 2,5 orang
Mandor = 0,015 x 250 = 3,75 orang
sehingga jumlah tenaga yang diperlukan untuk meyelesaikan 250 m2 pasangan bata selama 6 hari, setiap harinya kurang lebih.
Pekerja = 12,5 orang, Tukang Batu = 4,2 , mandor dan kepala tukang kita abaikan .

disimpulkan setiap 1 tukang dilayani 3 pekerja, tetapi 1 tukang dengan dilayani 3 pekerja kemungkinan tukang tidak mampu, maka kita kurangi menjadi 1 tukang dilayani 2 pekerja, sisanya tenaga yang tdk terpakai kita simpan melihat situasi, apakah perlu atau tidak. karena dalam analisa biasanya ada toleransi, maka kita gunakan saja 4 tukang 8 tenaga, sisanya kalau kita memborong adalah merupakan keuntungan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar